WEBSITE PDI PERJUANGAN

The Pioneer of PDI Perjuangan News & The Voice of PDI Perjuangan. Website PDI Perjuangan, Blog PDI Perjuangan, Portal PDI Perjuangan, Situs PDI Perjuangan, Group PDI Perjuangan, Milis PDI Perjuangan, Mailing List PDI Perjuangan, Wiki PDI Perjuangan, Underbow PDI Perjuangan, Ormas PDI Perjuangan, Organisasi Sayap PDI Perjuangan.

Name:
Location: NEGARA KESATUAN, REPUBLIK INDONESIA, Indonesia

admint.pdiperjuangan@googlemail.com

Kirimkan Berita dan Foto Dari DPC/DPD Anda ke: admint.pdiperjuangan@googlemail.com. Berita yang menarik akan dimuat di website ini.

Friday, February 23, 2007

Supported Links !

  • Kumpulan Website PDI Perjuangan
  • JOIN MAILING LIST PDI PERJUANGAN 28
  • Sutjipto Kritisi Bacagub Dari Luar Partai



    Sutjipto Kritisi Bacagub Dari Luar Partai


    RADAR BANYUWANGI Sabtu, 17 Feb 2007

    BANYUWANGI - Bakal Calon Gubernur (Bacagup) Jawa Timur dari PDI Perjuangan Ir. H. Sudjipto, terus melakukan gerilya di berbagai daerah termasuk di Banyuwangi. Kemarin, lelaki yang juga salah satu Ketua DPP PDI Perjuangan itu, melakukan pertemuan dengan jajaran PAC dan DPC PDI Perjuangan Banyuwangi di ruang pertemuan Yos Cafe, Jajag, Gambiran, Banyuwangi.

    Di hadapan ratusan peserta pertemuan, Pak Tjip -panggilan Sutjipto- mengaku terus terang kalau dirinya bakal maju sebagai Gubernur Jatim 2008 nanti. "Namun yang perlu saya tegaskan, kesediaan saya maju sebagai gubernur bukan semata ambisi pribadi, tapi karena saya adalah kader PDI Perjuangan dan juga karena dorongan para pengurus dan kader PDI Perjuangan di Jatim," ujarnya, lantang.

    Tidak hanya itu, dalam kesempatan tersebut, Pak Tjip juga sempat menyinggung munculnya nama Sekdaprov Jatim Soekarwo yang akan maju menjadi Bacagub Jatim melalui pintu PDI Perjuangan. Menurutnya, ada berbagai dampak negatif bagi PDI Perjuangan apabila nantinya Soekarwo benar-benar lolos menjadi Balon Gubernur Jatim.

    Sebab pada kenyataannya Soekarwo bukan kader PDI Perjuangan. Melainkan kader Golkar bahkan mantan Ketua DPD Golkar Jatim, yang membidangi masalah kaderisasi.

    "Jadi jelas sudah berapa banyak kader Golkar yang dijadikan oleh Mas Karwo. Dan ingat, Mas Karwo pernah menjabat sebagai Kepala Dispenda Jatim, bahkan sekarang Sekwilda Jatim. Selama ini, kalau bukan kader Golkar tulen apa bisa menduduki jabatan strategis seperti itu," ujarnya menyindir, yang langsung disambut pekikan "Merdeka, merdeka, Hidup Pak Tjip, hidup Pak Tjip," teriak para peserta.

    Pak Tjip juga mengingatkan kepada para kader PDI Perjuangan, khususnya para peserta, agar tidak mudah memilih Bacagub Jatim yang berasal dari luar kader PDI Perjuangan.

    Sebab dalam perjalannya, imbuh Pak Tjip, para Bacagub yang berangkat dari luar partai, tidak akan kerasan di PDI Perjuangan.

    Karena, tutur lelaki berkulit putih itu, ketika calon dari luar partai tersebut benar-benar terpilih menjadi gubernur, akan dibenturkan kepada dua pilihan. "Partai darimana dia berasal, tentu akan menagih dan membongkar kelemahannya. Ayo, kamu pilih mana," ujar Pak Tjip sambil menaruh telunjuk tangan kanannya yang membentuk pistol di kepalanya sendiri.(azi)

    Labels:

    Supported Links !

  • Kumpulan Website PDI Perjuangan
  • JOIN MAILING LIST PDI PERJUANGAN 28
  • Budiman Sudjatmiko tentang Baitul Muslimin

    Budiman Sudjatmiko tentang Baitul Muslimin
    Jawa Pos, Jumat, 02 Feb 2007,

    Tak Ubah Prinsip PDI Perjuangan

    Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sedang membentuk Baitul Muslimin Indonesia (BMI). Seperti apa wujudnya dan apakah itu hanya taktik tebar pesona untuk merangkul kalangan Islam dalam dunia politik? Berikut perbicangan Kajian Islam Utan Kayu (KIUK) dengan Budiman Sudjatmiko, salah seorang fungsionaris PDIP, Kamis (26/1) lalu.



    Sejak kapan PDIP punya gagasan membentuk Baitul Muslimin Indonesia?

    Ketika terawih bersama di Kebagusan, Ramadan kemarin, dengan beberapa tokoh Islam di kediaman Ibu Megawati Soekarnoputri. Di situ ada Pak Din Syamsuddin dari kalangan Islam (unsur Muhamadiyah) dan PDIP sendiri. Saat itulah, hadir gagasan sederhana: kita punya problem yang harus segera dipecahkan dalam hubungan antara kaum nasionalis dan Islam. Ini bukan fenomena akhir-akhir ini saja, tapi telah ada sejak awal abad ke-20. Itu yang telah ditunjukkan oleh Bung Karno.


    Adakah contohnya di masa lalu?

    Dalam artikelnya yang dimuat buku Di Bawah Bendera Revolusi, nasionalime, Islamisme, dan Marxisme sudah diangkatnya sebagai tiga komponen objektif pendukung proyek kebangsaan Indonesia. Saat itu Bung Karno masih berusia 25 tahun. Tapi, dalam perjalanan sejarah, kita tahu ada up and down atau pasang-surut hubungan.

    Ketika masa reformasi, problem itu tampak belum sepenuhnya tuntas. Nah, dari situ muncul pemikiran, kenapa di alam keterbukaan ini tidak ada dialog antara dua entitas yang masih tersisa (nasionalis dan Islam) itu?


    Almarhum Nurcholish Madjid sering menyebut tidak adanya benturan antara cita-cita Islam dan nasionalisme Indonesia. Bagaimana pandangan kaum nasionalis sekarang terhadap kaum Islamis?

    Dalam realitas politik, apa yang disampaikan almarhum Cak Nur adalah pernyataan yang normatif. Dalam kenyataan politik, konflik, benturan, juga kerja sama pernah kita lewati bersama-sama.

    Pertanyaannya bagaimana kaum nasionalis melihat kelompok Islamis? Saya tidak bisa mewakili semua kalangan nasionalis. Ini karena kita secara politik tidak bisa melihat nasionalis maupun kaum Islamis sebagai entitas yang tunggal. Dari segi politik, banyak pernik-perniknya. Wacana khilafah juga ada di kalangan Islamis.

    Karena itu, sebenarnya kalau orang bicara tentang Islam Indonesia, mereka sedang bicara soal Islam modernis dan tradisionalis yang diwakili Muhamadiyah dan NU. Tapi, itu biasanya klasifikasi terhadap pemahaman atas doktrin keagamaan.

    Dalam politik, yang penting dilihat bukan soal modernis atau tradisionalisnya, tapi apakah kelompok Islamis itu telah menjadi bagian dari proyek kebangsaan yang telah dibangun puluhan tahun ini atau tidak?


    Ada yang dianggap tak ikut proyek kebangsaan?

    Kita bisa juga bicara soal kelompok Islamis yang sebenarnya baru muncul belakangan dan dalam riwayatnya tak pernah terlibat dalam politik kebangsaan yang dibangun sejak zaman kolonialisme. Kami melihat, Muhamadiyah dan NU adalah dua organisasi Islam yang mewakili kelompok Islam kebangsaan.

    Karena itu, kaum nasionalis melihat baik Muhamadiyah maupun NU adalah representasi kelompok Islam yang sudah terlibat dalam proyek kebangsaan kita.


    Apakah karena itu PDIP mengundang pimpinan NU dan Muhammadiyah?

    Ya. PDIP melakukan dialog dengan mereka ketika hendak membentuk Baitul Muslimin Indonesia dengan mengundang figur-figur seperti Pak Din Syamsuddin dan bersilaturahmi dengan KH Hasyim Muzadi. Itu bukan karena secara kuantitatif kelompok mereka besar, tapi karena secara ide mereka lebih dekat dengan gagasan kaum nasionalis.

    Mereka adalah home-ground muslim, muslim yang tumbuh di tanah sendiri. Mereka tahu suka-duka menjadi bangsa Indonesia yang pernah terjajah, merdeka, dan pernah menjadi bagian dari bangsa yang direpresi kelompok otoritarian. Mereka mengalami apa yang juga dialami kaum nasionalis.

    Sementara, akhir-akhir ini, kita melihat munculnya kecenderungan kaum Islamis yang di mata kaum nasionalis, gagasan mereka lebih kosmopolit. Bagi kita, gagasan mereka belum tentu bisa tune-in dengan proyek kebangsaan yang sudah dibangun dengan darah dan air mata ini.

    Jangan-jangan mimpi-mimpi sosial mereka juga berbeda. Sementara itu, kita telah tahu mimpinya orang Muhamadiyah dan NU, sebagaimana mereka tahu mimpinya orang nasionalis.

    Sementara, orang-orang yang coming from nowhere -katakanlah demikian- tetap membawa gagasan yang menurut kita bersifat kosmopolit, tidak mengakar. Pandangan kelompok terakhir ini banyak juga yang masuk ke institusi-institusi yang memproduksi pengetahuan, opini. Mereka secara masif memproduksi peraturan-peraturan, perundang-undangan, di legislatif maupun eksekutif tingkat lokal.


    Artinya, di antara mereka dan PDIP, ada jarak?

    Ya. Menurut kami, itu semua berada di luar mimpi-mimpi kebangsaan yang sudah dan sekarang masih kita bangun. Karena itu, posisi PDIP terhadap mereka sangat jelas. Di banyak kasus, seperti dalam perda syariat dan RUU APP, kita tolak itu. Saya bisa katakan belum pernah ada bukti PDIP menyetujui syariat Islam. Tidak tahu kalau partai nasionalis lainnya.

    Karena itu, kita harus bertanya: agenda mereka apa? Kita perlu berdialog dengan kelompok Islamis-kebangsaan untuk pertama-tama mengikat mereka dalam cita-cita dan sejarah kebangsaan kita.


    Apa ciri-ciri home-ground muslim yang Anda sebut tadi? Sebab, banyak yang mengatakan PDIP sebagai sayap nasionalis telah melakukan miskalkulasi dengan merangkul sayap Islamis.

    Dengan pertanyaan tersebut, Anda kira-kira mau mengatakan PDIP sedang melakukan tebar pesona?! He-he. Ciri-ciri home-gruond muslim bagi kami: dalam berdakwah, mereka biasanya cukup sensitif dan peka terhadap aspek budaya dengan derajat berbeda-beda.

    Mereka tidak risih menggunakan instrumen-instrumen kebudayaan dalam dakwah. Itu pertama. Kedua, meski cara pandang mereka universal, tapi dalam isu-isu ketatanegaraan, mereka secara eksplisit sepakat dengan Pancasila, NKRI, dan menerima kebhinekaan. Sekali lagi, dengan derajat yang berbeda-beda.

    Ketiga, dalam politik, mereka cenderung hati-hati. Mereka cenderung tidak memasukkan gagasan agama secara langsung dalam dunia politik, tapi lebih mengutamakan values atau nilai-nilainya.

    Keempat, meski mereka juga menjaga baik hubugan dengan kelompok radikal, tetapi dalam isu yang menyangkut itu, mereka cukup tegas. Sementara itu, kelompok yang kosmopolit lebih eksplisit mengutarakan dan memperjuangkan gagasan keagamaan mereka. Dalam gagasan ketatanegaraan, mereka lebih "berani melakukan terobosan" seperti mengusulkan gagasan Khilafah Islamiah.


    Kalau konsisten dengan nasionalismenya, PDIP tak perlu merangkul-rangkul kelompok agama tertentu. Tanggapan Anda?

    Di PDIP, tradisi nasionalismenya adalah nasionalisme kerakyatan, bukan nasionalisme an sich. Kita tahu, rakyat Indonesia punya ekspresi kebudayaan dan keagamaan yang beragam.

    Kita juga sadar, PDIP adalah kelanjutan dari partai-partai yang berfusi pada 1973. Kita tahu, komposisi partai tesebut kebanyakan dari sayap nasionalis: PNI, kiri Murba, Partai Kristen Indonesia, dan Partai Katolik. Jadi, sejak awal, PDI sudah berangkulan dengan kelompok-kelompok agama.

    Jadi, alangkah naif dan tidak fair jika PDIP tidak merangkul kelompok keagamaan yang mayoritas secara kuantitas dan tidak kurang peran mereka dalam politik kebangsaan. Salah urus dalam soal ini akan berbahaya.


    Kalau sejak 1973 PDI sudah akrab dengan agama, mengapa PDIP kini tetap tercitra sebagai partai sekuler?

    Pertama, karena kelompok agama yang difusikan ke PDI waktu itu adalah kelompok minoritas. Satu-satunya (ideologi) alternatif yang dapat menyelamatkan kalangan minoritas adalah sekularisme. Tapi, PDI tidak mungkin mendesakkan hukum gereja dalam perjuangannya.

    Artinya, sekularisme adalah jaminan untuk hidup bersama tanpa meninggalkan values atau nilai-nilai keagamaan. Itu sudah terkandung dalam tubuh PDI. Fakta sejarah menunjukkan bahwa kaum nasionalis sudah berfusi dengan kaum Protestan dan Katolik.

    Kini, mengapa PDIP tidak juga berinteraksi dengan kaum Islam? Jika tidak segera ada terobosan atau kompromi sejarah, kita khawatir kelompok-kelompok Islam kebangsaan merasa dicampakkan atau tidak diikutsertakan. Padahal, mereka juga merasa punya visi itu.


    Kalau demikian, agama jangan mencampuri wilayah politik?

    Ya. Saya sepakat dengan itu. Agama harus hati-hati untuk mencampuri wilayah politik. Tapi, kalau kita berbicara soal Baitul Muslimin, faktanya sederhana saja. Orang kadang-kadang tak bisa memisahkan kenyataan bahwa dia seorang yang beragama dengan aktivitasnya di dunia politik. Bias itu selalu ada.

    Nah, bias yang ada itu adalah realitas yang harus ditangani secara bijak dan cerdas. PDIP ingin melakukan itu. Kaum nasionalis dengan ini ingin mengulurkan tangan; ayo, sama-sama kita jaga bangsa ini, kebhinekaan ini.


    PDIP merasa terganggu juga dengan citra dirinya sebagai partai nasionalis-sekuler, ya?

    Jangan diasumsikan PDIP itu partainya orang-orang agnostik atau ateis. Oke, keberagamaan orang-orang PDIP mungkin tak setaat orang Bulan Bintang atau PKS. Tapi, jelas orang-orang di PDIP beragama.

    Hanya, selama ini kita berpolitik tanpa menggunakan jubah atau baju agama. Itu jelas. Sejak pembentukan PDI pada 1973, kita tak pernah bicara soal simbol-simbol agama tertentu di dalam partai.

    Artinya, adanya Baitul Muslimin pun tidak akan membuat kita mengganti prinsip. Kita justru ingin memperkaya substansi nasionalisme dan demokrasi kita.(noviantoni)

    Labels:

    Wednesday, February 21, 2007

    Supported Links !

  • Kumpulan Website PDI Perjuangan
  • JOIN MAILING LIST PDI PERJUANGAN 28
  • PDI Perjuangan Lampung Cetak Rekor Muri!

    Minum Kopi Cetak Rekor Muri!

    Bandarlampung, Senin,

    acara minum kopi bersama dengan peserta terbanyak itu rencananya digelar pada minggu pertama bulan Maret 2007 mendatang, sekaligus memperingati HUT ke-34 PDI Perjuangan di Lampung."Inisiatif kegiatan minum kopi bareng itu, antara lain karena citra daerah Lampung yang dulu dikenal sebagai produsen kopi terbesar kini nyaris hilang sehingga perlu dihidupkan kembali," kata dia.

    Menurut Darwin, peserta minum kopi bersama itu bukan hanya kalangan kader PDIP saja, melainkan juga mengikutsertakan mahasiswa, warga masyarakat dan petani kopi di Lampung.Minum kopi bersama yang digelar PDIP Lampung ini juga sebagai promosi bahwa kualitas kopi Lampung sangat baik. Selain itu, lanjut Darwin, warga masyarakat juga tidak perlu khawatir meminum kopi dengan batas-batas tertentu."Pada acara minum kopi itu, seorang dokter juga diundang untuk menjelaskan bahwa minum kopi bermanfaat kalau diminum dengan batas-batas tertentu," tambah Darwin pula.

    Rangkaian peringatan HUT ke-34 PDI Perjuangan di Lampung lainnya berupa kegiatan donor darah yang dilaksanakan pada Selasa (30/1), dengan target peserta donor sekitar 300 orang berasal dari struktural DPD PDIP Lampung, struktural 10 DPC PDIP se-Lampung, Fraksi PDIP DPRD provinsi, kabupaten/kota se-Lampung, fungsionaris partai serta ormas, LSM, simpatisan, anggota dan kader partai.Salah seorang Panitia HUT ke-34 PDIP Lampung SN Laila menjelaskan, kegiatan donor darah itu dilakukan untuk mengantisipasi merebaknya wabah penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Lampung belakangan ini, sehingga kebutuhan darah semakin meningkat."Di Bandarlampung kebutuhan darah dalam kondisi normal rata-rata sekitar 100 kantong per bulan.

    Dengan mewabahnya penyakit tersebut, kebutuhan darah meningkat menjadi 400 kantong per bulan," ujar Laila lagi.HUT PDIP di Lampung yang mengambil tema "Berjuang Menentang Kemiskinan dan Ketidakadilan untuk Kepentingan Rakyat" itu juga akan dimeriahkan dengan gelar off road mobil, festival musik Indie dan musik jalanan, seminar dan lomba karya tulis serta bantuan beras untuk keluarga miskin. [bbs/an/hep]

    Labels:

    Supported Links !

  • Kumpulan Website PDI Perjuangan
  • JOIN MAILING LIST PDI PERJUANGAN 28
  • PDI Perjuangan Tolak Amandemen Lagi Konstitusi

    PDI Perjuangan Tolak Amandemen Lagi Konstitusi
    Sabtu, 17 Pebruari 2007 18:15 WIB

    TEMPO Interaktif, Sukoharjo:

    Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan menyatakan penolakannya terhadap usulan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) untuk mengamandemen konstitusi yang kelima kalinya. Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengatakan persoalan bangsa saat ini adalah masalah kepemimpinan, bukan konstitusi. "Saya geleng-geleng kepala (terhadap usulan amandemen kelima), maunya seperti apa? Berjalan lima tahun saja belum kok mau berubah lagi," kata Megawati melalui pidato politiknya dalam rapat akbar hari ulang tahun PDI Perjuangan se-Jawa Tengah di Sukoharjo, Sabtu (17/2).

    Menurut mantan presiden ini, sekarang yang dibutuhkan adalah pemimpin yang memiliki ketegasan dan pandangan ke depan. Kegagalan yang dialami pemimpin saat ini, katanya, dikarenakan pemimpin itu gagal menunjukkan rasa kebangsaan dan nasionalismenya. "UUD 1945 yang dibuat pada masa penjajahan Jepang itu sesungguhnya untuk mengokohkan dasar dan bentuk negara kita, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia," ia menegaskan. Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Pramono Anung yang menyertai Mega menjelaskan sikap partainya yang menolak dilakukannya perubahan konstitusi tersebut dilandasi pada kenyataan bahwa amandemen UUD 1945 tidak memiliki korelasi terhadap problem yang dihadapi rakyat. Pramono menengarai adanya manuver elite politik dalam usulan amandemen kelima itu.

    "Beri kesempatan dulu, UUD 1945 sudah diubah 4 kali. Belum teruji kok sudah mau diamandemen lagi. Amerika saja membutuhkan waktu 200 tahun untuk mengubah konstitusinya," ujarnya. Menurut Pramono, masalah DPD yang saat ini posisinya belum jelas bukanlah alasan yang kuat untuk meminta amandemen terhadap konstitusi. Pramono mengatakan kinerja DPD tetap bisa menjadi lebih baik dengan konstitusi seperti sekarang ini. "Kalau DPD minta perluasan kewenangan, bisa tumpang tindih dengan DPR. PDI Perjuangan menolak amandemen tetapi juga tidak setuju dengan kembali ke UUD sebelum amandemen," katanya. Imron Rosyid

    Labels:

    Monday, February 12, 2007

    Supported Links !

  • Kumpulan Website PDI Perjuangan
  • JOIN MAILING LIST PDI PERJUANGAN 28
  • PDIP Kritik Bantuan Korban Banjir

    Jawa Pos, Senin, 12 Feb 2007,
    PDIP Kritik Bantuan Korban Banjir


    Kiemas Anggap Terlalu Jakarta Sentris
    BEKASI - Langkah pemerintah menangani korban banjir yang terkonsentrasi di Jakarta dinilai tokoh senior PDI Perjuangan Taufiq Kiemas diskriminatif. Akibatnya, kata Kiemas, puluhan ribu korban yang berada di pinggiran Jakarta, seperti Bekasi, Tangerang, dan Depok, nyaris tak tertangani maksimal.

    "Saya memberi catatan, penanganan banjir jangan mengenal wilayah. Baik yang di pusat maupun pinggiran harus menjadi prioritas," ujar suami Megawati itu di sela-sela penyerahan bantuan korban banjir di Desa Bunibhakti, Babelan, Bekasi Utara, kemarin. Ikut pula menyertai Kiemas adalah Ketua Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) DPP PDIP Ganjar Pranowo.

    Ketua Umum PDIP Megawati tak mengikuti penyerahan bantuan yang dilakukan partainya. Sebab, Mega sedang melakukan kunjungan ke Korea Selatan.

    Selain menyerahkan bantuan, Kiemas terlihat bercakap-cakap dengan para korban banjir dari beberapa desa di wilayah Babelan. Para korban antusias menerima berbagai bantuan, mulai pelayanan kesehatan, obat-obatan, hingga penyediaan alat penjernih air alias water purifier.

    Ganjar menambahkan, dengan tidak menangani korban di wilayah pinggiran, pemerintah seolah mengulangi praktik diskriminasi dalam penanganan korban bencana alam. "Ini sama seperti saat tsunami di Aceh yang melupakan korban di Nias. Juga, gempa di Jogjakarta yang melupakan korban di Klaten," jelasnya.

    Padahal, penanganan banjir kurang afdal jika hanya mengedepankan aspek hilir tanpa menangani para korban di wilayah hulu.

    Menurut Ganjar, pemusatan penanganan korban banjir disebabkan banyaknya nuansa politis di balik kepentingan penyerahan bantuan. Para politisi berusaha memanfaatkan momentum banjir untuk meningkatkan popularitasnya. "Saya tak tahu apakah ini tebar pesona atau tidak. Yang pasti, semua disesuaikan dengan kepentingannya masing-masing," jelas anggota Komisi IV DPR itu. Gilirannya, praktik penyerahan bantuan bersifat Jakarta sentris.

    Ganjar mengatakan, pemerintah harus tegas menyikapi bencana banjir. Selain perlu menangani korban secara merata, pemerintah harus menindak pelaku praktik pengalihan fungsi resapan di wilayah Puncak, Jawa Barat. "Ini melibatkan tiga provinsi. Pusat harus mengambil alih," ujarnya. Untuk mengantisipasi terganggunya fungsi pemerintahan akibat banjir, dia mengusulkan perlunya memindahkan ibu kota ke Pontianak, Kalimantan Barat. (agm)

    Labels:

    Subscribe to pdi-perjuangan_28
    Powered by groups.yahoo.com